SyaratMengajukan Cuti PNS Luar Tanggungan Negara Berdasarkan PP Nomor 11 Tahun 2017 1. Mengikuti dan mendampingi suami/isteri tugas negara/tugas belajar di dalam atau di luar negeri 2. Mendampingi suami/isteri bekerja di dalam/luar negeri 3. Menjalani program untuk mendaptkan keturunan 4. Mendampingi anak yang berkebutuhan khusus 5. Sehinggaperlu diawasi dan ditemani oleh sang kakak Eril. "Jadi inginnya tuh di sana bareng (adik), apalagi kan cewek ya masih takut gitu lah kalau sendirian di luar negeri," tambah Eril. Sebelumnya diberitakan, putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril), terseret arus Sungai Aare, Bern, Swiss, pada Kamis 26 Mei KetikaMereka Kuliah di Luar Kota; Selanjutnya. Tutup. Muda . Strategi Tetap Produktif Ketika Mendampingi Pasangan Studi di Luar Negeri . 2 Maret 2013 05:34 Diperbarui: 24 Juni 2015 17:27 826 0 0 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto sedang dan mungkin akan saya lakukan selama mendampingi suami. 1. Sekolah lagi. Sudahbikin sakit kepala ini. Sehingga seizin suami saya ingin kuliah lagi, agar punya ilmu yang bermanfaat dalam mendidik Lala ataupun anak-anak gifted lainnya," ungkap Patricia atas pergolakan batin yang terjadi saat itu. Akhirnya setahun setelah Lala mulai kuliah, Patricia mendaftar dan diterima di S2 Pendidikan Luar Biasa UNY angkatan 2016. Membawakeluarga saat studi lanjut di luar negeri memang merupakan sebuah pilihan. Ada banyak keuntungan tetapi banyak pula hal yang bisa menganggu konsentrasi. Secara finansial, tentunya beasiswa jarang yang menanggung anggota keluarga (walaupun gosip terbaru adalah beasiswa LPDP dan DIKTI akan memberikan tambahan biaya untuk anggota keluarga). Disela-sela program orientasi persiapan kuliah di Northern Illinois University, dan insomnia berat karena jetlag saya menyempatkan diri membuatkan video proses keberangkatan saya ke Amerika Serikat. Video ini adalah tribute untuk wanita super yang sudah mendampingi saya selama 7 tahun ini. Terima kasih atas pengertian dan ketegarannya. SoMoms, tidak ada yang perlu ditakutkan atau diragukan lagi ketika harus mendampingi pasangan tugas atau pun kuliah di luar negeri kemudia hamil dan melahirkan di sana. Karena ternyata bayak gampangnya. Makasih Mba Ade sudah mau berbagi banyak, terus berkarya ^_^ fHlKDG. Siapapun pasti ingin selalu bersama dan dekat dengan keluarga. Tak terkecuali mahasiswa berkeluarga yang melanjutkan kuliah ke luar negeri seperti saya. Dengan beragam alasan kuat, keputusan untuk membawa keluarga ke luar negeri agar bisa hidup bersama pun kami ambil. Studi ke Luar Negeri Bersama Keluarga Meskipun memerlukan beragam pertimbangan, akhirnya kami sekeluarga memutuskan untuk tinggal bersama di Turki. Saya, istri serta anak kami sekarang tinggal di Kota Konya Turki tempat saya melanjutkan studi doktoral sekarang. Keputusan untuk Membawa Keluarga untuk Kuliah ke Luar Negeri Saya mendapatkan beasiswa S3 dari Pemerintah Turki. Beasiswa ini mencakup biaya seluruh pendidikan, uang saku, tempat tinggal dan beragam fasilitas lainnya. Saya akan menempuh studi kurang lebih 5 tahun. Saya berangkat ke Turki pada tahun 2016. Waktu itu saya resign sebagai guru di sekolah swasta, tempat istri saya juga mengabdi sebagai guru. Setelah saya menyelesaikan pendidikan bahasa Turki selama 8 bulan, saya pun pulang untuk menjemput anak dan istri untuk tinggal bersama mereka. Keputusan ini kami ambil mengingat kalau istri sekolah, anak di rumah sendiri pun juga tak enak sama keluarga mertua. Afqa Bermain Salju di Depan Rumah Disamping itu, istri juga pulang pergi ke sekolah yang jaraknya cukup jauh. Keputusan untuk membawa keluarga untuk bisa tinggal bersama saat melanjutkan kuliah pun menjadi keputusan yang tepat. Lagi pula, sebelum mendaftar beasiswa ini, saya telah menelaah, dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan mengenai apakah mungkin membawa keluarga saat studi. Intinya dari awal saya mendaftar kuliah ke luar negeri saya sudah mempersiapkan dan memikirkan secara matang mengenai bagaimana membawa keluarga dan hidup bersama. Pertimbangan Penting Sebelum Membawa Keluarga ke Luar Negeri Hal paling penting sebelum memutuskan untuk membawa keluarga tinggal bersama saat studi di luar negeri adalah 1. Kecukupan Uang Saku Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan dalam membawa keluarga saat kuliah di luar negeri adalah faktor biaya. Pastikan uang studi, beasiswa atau sumber keuangan untuk kuliah tersebut bisa cukup digunakan untuk biaya hidup keluarga. Arti cukup disini berarti cukup untuk hidup sehari-hari, biaya makan, sewa rumah, biaya listrik, air, internet, gas, transportasi dan kebutuhan lainnya. Untuk biaya tahunan, biasanya ada biaya asuransi, biaya perpanjang ijin tinggal, dan rincian lainnya. Biaya yang tak kalah penting adalah akomodasi dan hiburan, misalnya untuk sekedar jalan-jalan atau sesekali makan di tempat yang menyenangkan seperti pusat kota. Foto di samping Altındağ Camii Ankara Turki Jangan lupa untuk memperhitungkan studi atau sekolah anak jika sudah waktunya. Beberapa negara menggratiskan studi bagi anak, namun ada juga yang berbayar. Pikirkan secara matang dan hitung keuangan apakah cukup untuk memenuhi kebutuan tersebut. Jika dirasa sudah cukup, maka tinggal memutuskan. Jika dirasa kurang cukup, maka cari jalan keluarnya. Kalau mau beruaha InsyaAllah pasti ada jalan. 2. Keadaan Anggota Keluarga Biasanya faktor yang menghambat untuk membawa keluarga kuliah di luar negeri adalah keadaan anggota keluarga. Biasanya si istri sibuk dalam pekerjaan, mendapatkan pekerjaan atau tugas yang tidak bisa ditinggalkan. Bisa jadi suami atau istri adalah pegawai negeri, atau memiliki tanggungjawab yang tak bisa ditinggalkan. Misalnya lagi ada orang tua yang harus ditemani. Waktu itu saya dan istri juga sempat memikirkan hal ini, mengingat istri juga sudah bekerja sebagai guru. Namun karena pertimbangan untuk tinggal bersama lebih kuat, jadi akhirnya kita memutuskan untuk tinggal bersama. 3. Rencana Kegiatan Saat Berada di Luar Negeri Hal ini penting karena bisa jadi negara tempat kita studi jauh dari kampung asal. Jadi kita bersama keluarga bakalan tinggal lama di luar negeri. Perlu kita pikirkan juga kegiatan saat berada di luar negeri untuk suami atau istri yang mendampingi, agar tidak jenuh atau mengalami homesickness. Saat istri dan anak sudah tinggal bersama saya di Turki, saya mencarikan les bahasa Turki untuk istri. Juga guru mengaji al-Quran karena istri saya hafal al-Quran. Butuh guru yang bisa dijadikan untuk mengulang-ulang hafalan. Untuk anak juga jangan lupa. Jika sudah saatnya sekolah, hendaknya dicarikan sekolah agar bisa mengikuti pendidikan sesuai usianya di luar negeri. Menjemput Keluarga Dan Kembali ke Luar Negeri Setelah sepakat dan setuju dengan keputusan untuk kuliah bersama keluarga di luar negeri, saya pun pulang ke Indonesia pada tahun 2017 untuk menjemput keluarga. Di Indonesia saya mempersiapkan beragam hal penting meliputi 1. Dokumen-dokumen Mempersiapkan dokumen-dokumen yang menjadi persyaratan untuk tinggal di luar negeri, mulai visa, akta nikah, kelahiran dan beragam dokumen penting lainnya. Semua dokumen tersebut dikumpulkan, dilist dan kami bawa semua. 2. Obat-obatan Jangan lupa untuk melengkapi obat yang menjadi kebutuhan keluarga di luar negeri. Kalau anak butuh vaksin hendaknya dilengkapi dahulu. Juga konsultasi dengan dokter bila perlu. Untuk anak, beberapa obat yang mungkin harus dibawa adalah paracetamol, obat flu dan batuk, obat cacing, vitamin dan penambah nafsu makan. Juga bisa membawa obat kompres untuk panas anak. Untuk anggota keluarga dewasa, bisa membawa obat flu dan batuk, obat masuk angin, obat gosok cair, obat mabuk perjalanan, obat panas dalam. Penting untuk membawa obat sesuai penyakit jika anggota keluarga memiliki penyakit tertentu, misalnya maag atau mudah mencret. 3. Barang atau Makanan Makanan di luar negeri tempat untuk studi bisa jadi berbeda dengan makanan Indonesia. Membawa makanan kesukaan dari Indonesia adalah langkah tepat untuk bisa beradaptasi dengan makanan di luar negeri. Bisa jadi anda suka sambal, mie instan, bumbu-bumbu, dan lain sebagainya. 4. Persyaratan dan Prosedur untuk Tinggal di Luar Negeri Misalnya pembuatan visa yang membutuhkan beragam dokumen identitas, juga dokumen buku bank, ittenary tiket, asuransi perjalanan, dan beragam persyaratan lainnya. Hal ini berguna untuk proses ijin tinggal di Turki untuk keluarga. Setelah Tiba Di Luar Negeri Segera urus kewajiban-kewajiban penting yang menyangkut ijin tinggal atau kebutuhan tinggal bersama keluarga di luar negeri. Berikut rincian hal yang saya lakukan setelah membawa keluarga di Turki 1. Lapor diri ke KBRI Bisa dibilang wajib hukumnya bagi orang Indonesia yang tinggal di luar negeri untuk lapor diri ke Kedubes RI. Hal ini berguna jika terjadi hal-hal darurat, pihak Kedubes bisa bertindak dengan menghubungi keluarga, atau melakukan tindakan-tindakan bantuan tertentu. 2. Mengurus Ijin Tinggal Ijin tinggal di Turki harus dilakukan sebelum visa habis. Setelah mengurus ijin tinggal akan diberi kartu Ikamet atau kartu ijin tinggal dengan tenggang waktu sesuai tertentu. 3. Kenalkan Keluarga Dengan Penduduk Indonesia Di Luar Negeri Biasanya ada perkumpulan penduduk Indonesia atau pelajar di Indonesia di luar negeri. Dan pastinya akan ada kegiatan kumpul bareng. Di situlah saya mengenalkan keluarga kepada para teman diluar negeri karena kita adalah satu keluarga besar penduduk Indonesia yang tinggal di Turki. Tempat tinggal kami di Konya saat ini, ada kurang lebih 30 pelajar Indonesia. Juga ada orang Indonesia yang menikah dengan orang Turki. Setiap beberapa waktu kami mengadakan acara, kumpul bersama dan makan-makan. Kami juga punya kegiatan sendiri yang tergabung dalam masyarakat Nahdlatul Ulama di Turki. Setiap bulan kita mengadakan kegiatan rutin dengan kumpul bersama di rumah, masak-masak, ngobrol dan ramah tamah. Itulah beberapa pengalaman tentang membawa keluarga untuk tinggal bersama saat melanjutkan studi ke luar negeri. Jika ada pertanyaan silahkan tulis di kolom komentar. Halo, Scholarship Hunters! Kamu sudah berkeluarga dan ada rencana untuk kuliah di luar negeri? Ada keinginan juga untuk kuliah tapi bimbang karena faktor biaya? Kamu tidak perlu khawatir karena saat ini sudah banyak beasiswa untuk kuliah di luar negeri yang memberikan tunjangan untuk keluarga. Simak artikel ini sampai selesai ya untuk mengetahui jenis beasiswa tunjangan keluarga yang bisa kamu coba! Beasiswa Tunjangan Keluarga Pada dasarnya, masing-masing beasiswa memiliki cakupan tersendiri. Ada beasiswa yang menawarkan biaya pendidikan saja, tetapi ada pula yang cakupannya lebih luas termasuk memberi tunjangan bagi keluarga. Apabila kamu merupakan penerima sebuah beasiswa, di mana pemberi beasiswa juga menyediakan tunjangan untuk keluarga, artinya pemberi beasiswa pun memberikan biaya untuk menunjang kehidupan keluarga kamu. Baca Juga Kenapa Anda Harus Lanjut S2 dan S3? Berikut Alasannya – Schoters 5 Beasiswa Dengan Tunjangan Keluarga untuk Kuliah S-2 dan S-3 1. DAAD EPOS Beasiswa DAAD EPOS merupakan beasiswa penuh untuk kuliah S-2 atau S-3 di Jerman. Beasiswa ini memberikan fasilitas dengan cakupan sebagai berikut Uang bulanan Asuransi kesehatan dan kecelakaan Kursus Bahasa Jerman selama 6 bulan apabila perkuliahan menggunakan bahasa Jerman Tunjangan perjalanan Subsidi sewa bulanan pada situasi tertentu Tunjangan bulanan untuk anggota keluarga yang menemani pada situasi tertentu 2. LPDP Beasiswa selanjutnya adalah Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan LPDP. Beasiswa ini membiayai biaya kuliah S-2 atau S-3 di berbagai universitas dan negara sesuai ketentuan LPDP. Cakupan beasiswa ini meliputi Biaya pendaftaran SPP/tuition fee Biaya penelitian tesis/disertasi Tunjangan seminar internasional Biaya publikasi jurnal internasional Tunjangan buku Biaya transportasi Aplikasi visa/residence permit Asuransi kesehatan Biaya hidup bulanan Dana kedatangan Tunjangan keadaan darurat Tunjangan keluarga khusus untuk mahasiswa S-3 sebesar 25% dari biaya hidup bulanan 3. Beasiswa Pendidikan Indonesia BPI Selanjutnya ada Beasiswa Pendidikan Indonesia BPI yang merupakan beasiswa untuk kuliah D-4/S-1, S-2, dan S-3 di dalam maupun luar negeri. Fasilitas beasiswa ini meliputi Dana pendidikan Transportasi Aplikasi visa/izin tinggal Asuransi kesehatan Biaya hidup bulanan Tunjangan kedatangan Dana darurat Tunjangan keluarga Khusus untuk mahasiswa S-3 Baca Juga 10 Universitas Terbaik di Dunia, Cek Daftar Lengkapnya! – Schoters 4. Gates Cambridge Beasiswa lainnya adalah Beasiswa Gates Cambridge bagi calon mahasiwa S-2 dan S-3 untuk berkuliah di University of Cambridge. Cakupan beasiswa ini berupa Biaya kuliah penuh Tunjangan pemeliharaan Dana tambahan berdasarkan kebijakan dana pengembangan akademik untuk menghadiri konferensi dan perkuliahan serta tunjangan untuk keluarga 5. British Council Women in STEM Selain empat beasiswa di atas, ada Beasiswa British Council Women in STEM. Beasiswa ini diperuntukkan bagi perempuan yang menempuh pendidikan jenjang S-2 dan berasal dari Asia Tenggara, Asia Selatan, Amerika, Ukraina, Mesir, dan Turki. Selain itu jurusan kuliah yang diambil haruslah di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika STEM. Cakupan beasiswa ini adalah sebagai berikut Tuition fee Tunjangan bulanan Biaya perjalanan dari dan ke Inggris Visa Asuransi kesehatan Dukungan khusus bagi para ibu Pre-sessional english course Nah, itulah lima beasiswa yang bisa kamu pertimbangan jika hendak kuliah ke luar negeri dan mengajak serta keluarga kamu. Namun, kamu perlu memahami detail ketentuannya karena terdapat tunjangan yang tidak diberikan kepada penerima beasiswa yang sudah berkeluarga karena sebab tertentu. Misalnya, ada beasiswa tertentu hanya akan memberikan tunjangan untuk keluarga jika salah satu di antara suami atau istri tidak sedang menerima beasiswa lain. Jika keduanya mendapatkan beasiswa maka tunjangan keluarga tidak akan diberikan kepada penerima beasiswa. Oleh karena itu, pastikan kamu membaca ketentuannya dengan cermat ya! Sudah Siap Daftar Beasiswa Tunjangan Keluarga Incaran Kamu? Setelah mengetahui jenis beasiswanya, beasiswa mana yang ingin kamu coba? -> Dapatkan rekomendasi program terbaik dari konsultan experts Schoters untuk mempersiapkan kamu meraih beasiswa incaran kamu! Sedang merasa bahwa persiapan kuliah ke luar negeri belum matang? -> Temukan program yang paling sesuai dengan kebutuhan kamu di sini! Berangkat Ke Melbourne Pada pertengahan tahun 2014, saya diizinkan Allah SWT untuk mengambil Cuti di Luar Tanggungan Negara CLTN. Cuti ini saya ambil karena keinginan pribadi untuk mendampingi suami yang mendapatkan kesempatan kuliah S-3 di Australia atas beasiswa dari Australian Award Scholarship AAS. Cuti jenis ini jarang diambil karena implikasinya berat. Seperti yang saya alami, seorang ASN yang mengambil CLTN tidak akan mendapatkan gaji, tunjangan, dan masa kerja selama CTLN tidak akan dihitung. Masa kerja saya yang seharusnya 21 tahun dan mendapatkan penghargaan Satya Lencana Karya Satya 20 tahun, baru akan saya terima 3 tahun lagi. Yang paling berat, selama cuti, tidak ada SMS Cinta dari 3355 bagi pengguna rekening Mandiri pasti tahu isinya. Pada umumnya ASN mengambil CLTN karena mengikuti suami/istrinya yang kuliah di luar negeri. Namun, ada juga ASN yang mengambil cuti jenis ini karena ingin merawat orang tua atau anak yang sedang sakit. Ada juga yang menjadikannya sebagai kesempatan untuk bekerja di lembaga lain umumnya lembaga multinasional, memulai berbisnis, atau alasan lainnya sepanjang disetujui oleh instansi tempatnya bernaung. Bagi ASN yang sudah menduduki jabatan, maka konsekuensi dari pengambilan CLTN adalah kehilangan jabatan. Padahal, saat itu saya sudah menduduki jabatan kepala kantor. Ketika kembali aktif maka akan memulai lagi dengan posisi pelaksana. Akankah bisa kembali ke jabatan semula? Saya berserah diri pada Allah SWT. Prosedur pengajuan CLTN yang saya lakukan adalah sebagai berikut Membuat surat permohonan cuti dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Alasan CLTN yang saya ajukan adalah mengikuti suami yang studi di Victoria University, Melbourne. Dokumen yang saya sampaikan adalah surat bahwa dia diterima kuliah Letter of Acceptance. Surat permohonan cuti diajukan ke pejabat yang menangani kepegawaian. Di lingkungan kerja saya pejabatnya adalah Sekretaris Badan. Surat ini kemudian disampaikan ke Badan Kepegawaian Negara BKN melalui Biro SDM kementerian. Surat CLTN diproses oleh BKN dan akhirnya nota persetujuan disampaikan kepada Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan mengeluarkan surat yang menyatakan bahwa saya sedang melaksanakan CLTN untuk periode tertentu sesuai dengan masa studi suami. Setelah izin cuti keluar, maka saya pun terbang ke Melbourne untuk menyusul suami yang sudah berangkat 4 bulan sebelumnya. Alhamdulillah, untuk keperluan pembuatan visa untuk masuk ke Australia ditangani langsung oleh perwakilan AAS di Jakarta. Aktivitas Keseharian di Melbourne Selama melaksanakan cuti, saya tinggal di Melbourne mengurus anak-anak dan suami selama 24 jam tanpa pembantu. Saya sangat menikmati cuti ini karena selama ini semua urusan anak-anak saya serahkan ke asisten rumah tangga. Jarang sekali saya ikut mempersiapkan sarapan dan bekal mereka ke sekolah. Di Melbourne saya harus menyiapkan sarapan di pagi hari, bekal makan siang, dan juga makan malam untuk keluarga. Untunglah sekolah anak-anak dimulai jam 9 pagi sehingga saya masih bisa menyiapkan sarapan dan bekal untuk anak-anak di sekolah. Sampai 6 bulan, saya benar-benar menikmati suasana cuti. Saya mengantar anak ke sekolah di pagi hari, lanjut berbelanja ke pasar, berbenah rumah dan memasak makan siang, lalu kembali menjemput anak. Kadang setelah mengantar anak, berdua dengan suami, saya berjalan-jalan ke pantai atau hanya berkeliling di taman-taman sekitar rumah atau sekolah anak. Kadang kala kami berdua pergi ke tempat teman di suburb lain. Kursus Bahasa Inggris Namun, karena terbiasa dengan aktivitas di kantor seharian penuh, saya mulai kangen dengan beragam aktivitas dari pagi hingga sore. Saya pun mulai mengikuti kursus bahasa Inggris di VU English. Suami saya adalah penerima awardee beasiswa AAS Australian Award Scholarship sehingga spouse pasangan awardee berhak mengikuti perkuliahan bahasa Inggris selama 5 minggu penuh. Setelah selesai dengan kegiatan kursus bahasa Inggris maka saya memberanikan diri untuk mengambil Certificate III in early childhood education. Sebagai seorang temporary resident, saya harus membayar penuh biaya kursus ini yang mencapai A$750, terdiri atas tuition fee A$700 dan registrasi sebesar A$50. Bagi permanent resident, mereka hanya diharuskan membayar biaya registrasi $50, tetapi biaya kursus gratis ini hanya berlaku bagi kursus yang pertama. Jika permanent resident itu mengambil kursus yang kedua dan seterusnya, mereka juga harus membayar penuh. Kursus diikuti bersama para permanent resident yang berasal dari berbagai bangsa. Ada Divya yang orang India, Bouakham dari Laos, Skye yang orang asli Australia, Sarita yang baru migrasi dari Pakistan, dan Grace perempuan Filipina yang baru saja menikah dengan bule Australia. Rupanya keberagaman budaya peserta menjadikan kami diminta untuk mempertunjukkan di depan kelas atau membawa makanan khas dari negara masing-masing. Pada saat diminta mempertunjukkan lagu anak-anak Indonesia, saya membawakan lagu Pelangi karya AT Mahmud. Enam bulan berlalu dan saya pun akhirnya mendapatkan sertifikat. Sebenarnya dengan sertifikat itu, saya bisa bekerja membuka bisnis daycare di rumah dan mendapatkan penghasilan yang melebihi jumlah uang beasiswa yang diterima suami saya. Namun karena sifat bisnis ini yang full-day dan saya dalam mode liburan, maka saya tidak menggunakan kesempatan itu. Bekerja di Vicmart Untuk mengisi waktu, saya mencoba bekerja di Queen Victoria Market Vicmart sebagai penjaga toko. Saya bekerja 3 hari dalam seminggu dari jam Bos saya adalah seorang perempuan Vietnam yang baik hati bernama Lily. Bagaimana ceritanya saya bisa bekerja di Pasar Vicmart? Tetangga saya dimintai tolong oleh Lily untuk mencarikan teman Indonesia yang bisa menjaga tokonya. Kenapa mesti orang Indonesia? Rupanya para pedagang di Vicmart sangat senang karakter orang Indonesia yang mereka percayai untuk menjaga tokonya. Orang Indonesia dinilai bekerja dengan hati, rendah hati, dan jujur. Mereka membutuhkan tiga karakter ini karena penjaga toko akan memegang uang minimal $ per hari. Para pemilik toko tidak pernah menghitung jumlah barang yang terjual untuk satu hari karena mereka percaya para pegawainya yang orang Indonesia tidak akan mengambil sedolar pun uang yang dipegang dari hasil aktivitas jual-beli. Karakter inilah yang harus terus dipertahankan oleh orang Indonesia jika ingin orang Indonesia berikutnya mudah mendapatkan kerja di pasar Vicmart. Bekerja di Vicmart menambah pergaulan saya dengan para pemilik toko di sana. Ada yang berasal dari Thailand, Skotlandia, Italia, juga China. Mereka semua sangat baik dan ramah. Jika saya tidak jaga toko satu hari saja, mereka akan menanyakan kenapa kemarin nggak masuk. Bahkan, terkadang mereka membagi makanan yang dibawa. Biasanya berupa kue-kue. Bisnis Tempe Kecil-Kecilan Selain bekerja di pasar, saya juga membuat dan menjual tempe segar. Ada cerita ketidakpuasan yang menjadi alasan saya mempelajari cara pembuatan tempe dan setelah berhasil saya menjual tempe segar. Setelah beberapa minggu hidup di Melbourne, saya kangen makan tempe. Atas informasi dari teman, saya menemukan tempe beku frozen di toko vegetarian. Saya baca labelnya, tempe beku itu buatan Malaysia. Lalu saya memperkirakan bahwa tempe tersebut dibuat berbulan-bulan sebelum saya beli. Juga rasanya terbilang aneh, tidak seperti rasa tempe yang biasa kita beli di Indonesia. Mulailah saya dan suami googling tentang pembuatan tempe. Beberapa kali mencoba, akhirnya tempe pun jadi. Ragi pun kami impor dari Surabaya, sementara kedelainya kami pakai kedelai lokal Australia. Tempe percobaan pun jadilah. Kami kemudian meng-upload-nya di WAG. Tak disangka langsung banyak pesanan dari tetangga sekitar rumah. Dari mulut ke mulut akhirnya kemampuan saya membuat tempe segar didengar orang dan banyak teman dititipi oleh teman-temannya yang di luar wilayah saya. Akhirnya tempe segar ini bisa dinikmati oleh warga Melbourne karena saya posting di media sosial. Sambutan orang-orang Indonesia dengan adanya tempe segar ini bermacam-macam. Ada yang bilang senang banget sampai ada yang menciumi tempe tersebut, sampai saya juga akhirnya mbrebes mili terharu. Bahkan ada orang-orang Indonesia yang tinggalnya di luar kota Melbourne sampai memesan seminggu sebelumnya, supaya ketika mereka ke Melbourne, tempenya sudah jadi. Selain menjual tempe segar, saya juga membuat tempe mendoan, dan kering tempe. Artinya, saya memikirkan diversifikasi produk untuk menambah nilai jual. Di situlah saya memahami bahwa untuk menambah nilai jual sebuah produk ada upaya pengolahan dan bahan baku lain yang menyertai. Upaya inilah yang akhirnya menyebabkan harga jual lebih tinggi dibandingkan masih berbentuk tempe. Dari berjualan tempe akhirnya saya banyak mengenal warga Indonesia lainnya yang tinggal di Melbourne. Sampai sekarang pun kami masih kontak baik melalui WA ataupun medsos. Biasanya saya dan pembeli janjian bertemu di Melbourne Central Station pada jam tertentu. Untuk pembayaran, pembeli mentransfer uangnya ke rekening suami karena saya tidak punya rekening Australia. Begitulah hari-hari saya di Melbourne, hingga tak terasa waktu 3 tahun pun berlalu dengan cepat. Sebuah pengalaman manis yang tak akan saya lupakan. Pertengahan 2017 saya kembali ke Jakarta, berdua saja dengan si bungsu. Sementara si sulung masih tinggal di Melbourne untuk menyelesaikan kelas 7, menemani bapaknya yang studinya diperpanjang karena ketiadaan supervisor.*** JAKARTA, - Analis Kepegawaian Madya Direktorat Status dan Kedudukan Kepegawaian SKK di Badan Kepegawaian Negara BKN, Ade Jajang Jatnika Wiralaksana mengatakan, bagi Pegawai Negeri Sipil PNS yang masa kerjanya telah mencapai 5 tahun berhak diberikan cuti di luar tanggungan negara CLTN. Hal ini diatur dalam Peraturan BKN Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan BKN Nomor 24 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Cuti PNS. Pernyataan itu Jajan sampaikan saat acara Sosialisasi Layanan Status dan Kedudukan Kepegawaian Bagi Aparatur Sipil Negara ASN dengan Kabupaten Kuningan melalui virtual, Rabu 28/9/2022.Baca juga Menyikapi Wacana PNS Diganti Robot "Sesuai dengan regulasi tersebut cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan kepada PNS yang mengikuti atau mendampingi suami/istri tugas negara/tugas belajar di dalam/luar negeri dengan melampirkan syarat seperti surat penugasan atau surat perintah tugas dari pejabat yang berwenang," katanya dalam keterangan tertulis dikutip melalui laman BKN, Kamis 29/9/2022. Kedua, cuti diberikan kepada PNS yang mendampingi suami/istri bekerja di dalam/luar negeri dengan melampirkan surat keputusan atau surat penugasan/pengangkatan dalam jabatan. Ketiga, bagi PNS yang sedang menjalani program untuk mendapatkan keturunan dengan melampirkan syarat surat keterangan dokter spesialis. Keempat, PNS mendampingi anak yang berkebutuhan khusus melampirkan surat keterangan dokter spesialis. Baca juga Apa Saja Hukuman bagi PNS yang Bersikap Arogan di Jalanan? Kelima, PNS yang mendampingi suami/istri/anak yang memerlukan perawatan khusus. Keenam, PNS mendampingi merawat orang tua/mertua yang sakit/uzur dengan melampirkan surat keterangan dokter. Terakhir kata Jajang, permohonan cuti di luar tanggungan negara dapat disetujui paling lama 3 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 tahun. Ketika PNS selesai mejalankan cuti di luar tanggungan negara, wajib melapor kepada instansi secara tertulis paling lambat 1 bulan. Baca juga Daftar Gaji PNS Golongan IV Menurut Masa Kerja Tahun 2022 Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Komunitas Duta Budaya Canberra tengah berlatih angklung. Foto dok. Duta Budaya Canberra Rabu, 29 Juni 2016 Tetap berkarier cemerlang tapi jauh dari keluarga atau mengorbankannya demi bisa selalu dekat dengan keluarga. Situasi dilematis semacam ini yang kerap dihadapi para pendamping diplomat, baik dari sisi istri maupun suami. Di tengah kondisi sosial-budaya masyarakat kita, keputusan istri mengikuti profesi suami bisa lebih mudah dipahami. Tidak demikian bila suami yang harus nunut pada istri. Apalagi ada ketentuan dari Kementerian Luar Negeri, suami yang mendampingi istri tak boleh bekerja di negara tempat sang istri berdinas. “Kita bekerja kan buat anak. Masak tega lihat istri jungkir balik bekerja dan merawat anak balita sendirian di negeri orang,” tutur Eris Sugiatna alias Eris Gonzales, 49 tahun, saat berbincang dengan detikX, Selasa, 28 Juni 2016. Mantan pegawai sebuah perusahaan distributor itu pernah mendampingi sang istri, Andalusia Tribuana Tunggadewi, berdinas di Madrid, Spanyol, pada 2000-2004 dan di Canberra, Australia, pada 2009-2012. Semula, dia melanjutkan, memang terasa berat meninggalkan karier yang sudah dirintis bertahun-tahun. Apalagi kalau di kemudian hari mendengar ocehan orang yang masih memandang minor suami yang mengikuti istri. “Tapi saya mah cuek saja. Saya harus berjiwa besar menyikapinya,” kata Eris. Saya jadi merasa lebih diplomat ketimbang istri karena lebih banyak bergaul dengan berbagai komunitas." Selama di Madrid dan Canberra, Eris mengaku lebih banyak bergaul dengan beragam komunitas, baik sosial, musik, maupun keagamaan. Ia antara lain mengajar angklung di banyak sekolah di Canberra. “Saya jadi merasa lebih diplomat ketimbang istri karena lebih banyak bergaul dengan berbagai komunitas,” ujar Eris berseloroh. Para pelajar di Australia tengah berlatih memainkan angklung. Foto Erwin Renaldi/ABC International Husni PratamaFoto dok. pribadi Pada akhir Juli nanti, rencananya Andalusia, yang kini menjabat Kepala Subdirektorat Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri, akan menempati pos baru, yakni Kedutaan Besar RI London. Tapi kali ini Eris menyatakan tak akan ikut mendampingi karena anak-anak sudah besar. “Paling nanti kalau pas liburan saya nengokin mereka,” ujarnya. Husni Pratama pun dengan legawa berhenti dari ANTV demi mendampingi istrinya, Masriati Lita Saadia, yang mendapat tugas ke Brussel, Belgia, pada Maret 1997. Setahun pertama di negeri orang, praktis waktunya dihabiskan untuk melakukan adaptasi dan orientasi. Apalagi pada tahun pertama usia pernikahan mereka, bayi pertama yang dikandung sang istri ternyata berusia amat singkat. “Praktis hari-hari kami lalui dengan kelabu. Kami cuma bisa saling menguatkan,” ujar Husni. Beberapa bulan berselang, pasangan itu kembali dirundung duka. Kali ini janin kedua yang dikandung Lita cuma berusia beberapa pekan. Keguguran! Baru pada kehamilan ketiga, mereka mendapatkan anak pertama, yang lahir pada tahun 2000, enam bulan sebelum kembali ke Jakarta. Di Jakarta, lahir anak kedua, Emirio Syauqi Pratama. Di sela-sela mendampingi sang istri, Husni mengisi waktu dengan memperdalam bahasa Inggris dan Prancis. Ia juga menekuni kembali keasyikannya bermain piano dan saksofon di Gemeentelijke Academie di Zaventem. Semasa kuliah, ia bergabung dengan Orkes Simfoni Universitas Indonesia, Mahãwãditra, sebagai pemain flute dan saksofon. Husni juga menemukan ruang untuk berekspresi di dapur. “Sejak SMP saya sudah hobi masak, di Brussel itulah saya benar-benar melakukan eksplorasi,” ujar alumnus Sastra Jerman Universitas Indonesia, 1990, itu. Memasak gudeg kini biasa dilakukan bagi keluarganya. Membuat cake kerap dilakukan saat di Manila, Filipina, pada kurun waktu 2004-2008. Ayah dua anak ini biasa mengemas dan mengantar sendiri kue bikinannya itu kepada para kolega istrinya yang merayakan Natal. “Saya biasanya masak malam hari, saat istri dan anak-anak sudah tidur, biar enggak terganggu,” ujarnya. Husni Pratama dan tiga buku hasil terjemahannya dari bahasa Jerman Foto dok. pribadi Eko Prasetio menikmati keramaian final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Foto dok. pribadi Selain mengantar-jemput anak-anak, Husni dengan sukarela melatih grup vokal ibu-ibu Dharma Wanita di KBRI. Ia terpilih menjadi koordinator orang tua murid di kelas putri sulungnya, Nardiena Althafia Pratama. “Saya sempat mengajar musik dalam program The Week of Philippines,” ujar Husni, yang Februari lalu baru kembali mendampingi istri berdinas di London sejak 2012. M. Eko Prasetio, suami Erry Kananga, yang tengah bertugas di Ottawa, Kanada, menilai bertukar peran semacam itu butuh komitmen kuat dari pribadi si suami dan istri. Salah satu pihak tidak merasa lebih tinggi, sebaliknya juga tidak merasa rendah diri. “Insya Allah, dengan komitmen bersama, saya enjoy melakoninya,” ujar Eko. Sambil kuliah, dia pernah menjalani beragam profesi, mulai news & music director di stasiun radio, studio engineer untuk Yayasan Jurnal Perempuan, user guide translation validator di Nokia Indonesia, media watch-analyst di biro komunikasi strategis, sampai menjadi interpreter-translator di Dana Moneter Internasional International Monetary Fund/IMF Indonesia. Eko memutuskan melepas pekerjaannya di lingkungan IMF karena rasa bangga dan cintanya pada istri dan anak. Ia paham betul diplomat merupakan profesi sulit dengan persaingan superketat, yang tak semua orang mampu menjalaninya. Sejak 2006, ia terlatih mengurus Layla Lokatmala, anak sulungnya yang berusia 11 bulan, karena sang istri mendapatkan beasiswa master di Den Haag, Belanda. Ketika Erry mendapatkan tugas ke Cape Town, Afrika Selatan, Eko cuma bisa mendampinginya selama tiga bulan pertama. Ia harus kembali ke Bandung untuk menyelesaikan kuliah di Jurusan Administrasi Negara Universitas Padjadjaran. Begitu rampung, ia kembali mendampingi istri dan berhenti sebagai interpreter di IMF. Eko Prasetio bersama istri dan anak di Ottawa, Kanada. Foto dok. pribadi “Selain menjadi tukang ternak teri’ anter anak anter istri, saya menjadi relawan pengajar bahasa Indonesia untuk warga Afrika Selatan dan menjadi penabuh gamelan di grup kesenian,” tutur Eris maupun Husni sejauh ini tidak punya masalah untuk mendapatkan pekerjaan kembali ketika masa dinas luar negeri sang istri selesai. Eris mengaku perusahaan tempat bekerja semula tetap bersedia menampungnya. “Mungkin karena tahu kompetensi dan reputasi saya, ha-ha-ha…,” ujarnya. Sedangkan Husni memilih bekerja secara paruh waktu di bidang yang tak jauh dari hobinya bermain musik dan kepiawaiannya sebagai sarjana sastra Jerman. Ia pernah dikontrak khusus untuk mendampingi kelompok band pemula yang akan masuk dapur rekaman. Juga mendapat order menerjemahkan buku-buku novel untuk anak-anak dan remaja hingga buku komputer dalam bahasa Jerman. “Ya, lumayanlah honornya,” ujarnya. Eko pun tak merisaukan masa depan dan kariernya. Di dunia serbadigital, kata dia, peluang mendapatkan pekerjaan sangat terbuka. “Saya biasa menjadi penerjemah freelance." Reporter/Penulis Sudrajat Editor Sudrajat Desainer Luthfy SyahbanRubrik Intermeso mengupas sosok atau peristiwa bersejarah yang terkait dengan kekinian.

mendampingi suami kuliah di luar negeri